Pengaruh Kerapatan Gulma Krokot (Portulaca oleracea) terhadap Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)

Authors

  • David Aulia Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
  • Eko Widaryanto Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Keywords:

Buncis tegak, Gulma, Krokot, Phaseolus vulgaris L., Portulaca oleracea

Abstract

Buncis merupakan salah satu tanaman sayuran buah kelompok kacang-kacangan yang berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat sebagai makanan yang bergizi. Produksi buncis di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,44% dari tahun 2014 ke tahun 2015. Salah satu faktor penurunan produksi adalahn gulma. Gulma dianggap tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena berpotensi menurunkan hasil produksi yang dicapai oleh tanaman utama budidaya. Tujuan dari penelitian untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh keberadaan gulma krokot pada tanaman buncis tegak. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur pada bulan Desember 2017 - Februari 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan tingkat kepadatan gulma krokot dan diulang 4 kali. Perlakuannya antara lain yaitu P0: tanpa gulma polibag-1, P1: 2 bibit gulma polibag-1 , P2: 4 bibit gulma polibag-1, P3: 6 bibit gulma polibag-1, P4: 8 bibit gulma polibag-1 , P5: 10 bibit gulma polibag-1. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa gulma krokot berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak. Gulma krokot berpengaruh terhadap tanaman melalui persaingan yang terjadi dalam penyerapan unsur hara. Kompetisi antara gulma dan tanaman buncis mulai terlihat pada umur 25 hari setelah tanam. Pengendalian gulma sangat diperlukan pada buncis sesuai dengan hasil penelitian bahwa buncis yang tumbuh tanpa gulma memiliki hasil yang paling baik.

Downloads

Published

2019-11-26

Issue

Section

Articles