PENGARUH JARAK TANAM CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DAN POPULASI OYONG (Luffa acutangula) DALAM TUMPANGSARI TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT

Authors

  • Tiara Pasa Pradita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
  • Wiwin Sumiya Dwi Yamika Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
  • Titin Sumarni Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Keywords:

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), Tumpangsari, Jarak Tanam, Hasil

Abstract

Permasalahan pada penanaman secara tumpangsari adalah adanya kompetisi untuk mendapatkan nutrisi yang ada di dalam tanah yaitu unsur hara, air, mineral, dan di luar tanah yaitu cahaya. Sehingga dalam penanaman secara tumpangsari perlu dilakukan pengaturan jarak tanam dan populasi dari tanaman yang akan ditumpangsarikan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak tanam cabai rawit dan populasi oyong yang tepat dalam tumpangsari cabai rawit dengan oyong. Penelitian dilaksanakan di Desa Darungan, Pare, Kabupaten Kediri dengan ketinggian ±125 m dpl. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pada penelitian terdiri dari monokultur cabai rawit (100 cm x 60 cm), cabai rawit (100 cm x 70 cm) + oyong populasi 5.500 tanaman/ha, cabai rawit (100 cm x 80 cm) + oyong populasi 7.700 tanaman/ha, cabai rawit (100 cm x 90 cm) + oyong populasi 8.800 tanaman/ha, cabai rawit (100 cm x 100 cm) + oyong populasi 10.000 tanaman/ha, cabai rawit (100 cm x 110 cm) + oyong populasi 11.100 tanaman/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam cabai rawit yang optimum pada tumpangsari cabai rawit dan oyong yaitu pada cabai rawit jarak tanam (100 cm x 70 cm) + oyong  populasi 5.500 tanaman ha-1.

Downloads

Published

2018-07-12

Issue

Section

Articles